Dalam konferensi warisan dunia ke-31 di Christchurch, Selandia Baru belum lama berselang, "Karst Tiongkok Selatan" yang dilaporkan bersama oleh Shilin atau Hutan Batu, Yunnan, Libo, Guizhou dan Wulong, Chongqing berhasil dicantumkan dalam daftar warisan dunia setelah diadakan pemungutan suara. Dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok edisi ini, akan kami perkenalkan tiga obyek wisata di Shilin atau Hutan Batu.
Shilin atau Hutan Batu terletak di Kabupaten Otonom Etnis Yi Shilin, Kota Kunming, Provinsi Yunnan di Tiongkok barat daya, kira-kira 78 km dari Kunming, ibukota provinsi tersebut. Di daerah seluas ratusan km persegi yang berbukit-bukit terdapat gugusan hutan batu besar dan kecil tersebar di lereng dan lembah bukit serta tanah basah. Pemandu wisata Bi Yunhua mengatakan,"Luas total daerah pemandangan Hutan Batu sekitar 12 km persegi, merupakan topografi karst yang terbesar di Tiongkok bahkan dunia. Daerah hutan batu besar dan kecil adalah obyek wisata yang sering dikunjungi wisatawan."
Hutan Batu adalah hutan yang terdiri dari batu. Daerah Huta Batu Besar terletak di bagian tengah seluruh daerah pemandangan Hutan Batu, merupakan daerah pemandangan yang paling representatif dan bersejarah paling lama. Selain itu, di sini terdapat pula obyek-obyek wisata yang terkenal seperti Puncak Kembang Teratai, Kolam Puncak Pedang dan lain-lain. Pemandu wisata Bi Yunhua memperkenalkan puncak yang diberi nama "Bukit Pedang dan Lautan Api":"Dinamakan 'Bukit Pedang dan Lautan Api' karena batu-batu di atas berbentuk seperti pedang tajam yang menusuk langit sebagai hasil kerja gerusan air hujan dalam waktu panjang, sedang batu-batu yang berada di bawah dulu terpendam di dalam tanah dan ada bekas-bekas aliran air."
Punjung Melihat Puncak adalah tempat terbaik untuk menyaksikan "lautan hutan". Wisatawan dari Shanghai Ni Ni mengatakan,"Sungguh indah sekali. Dari punjung ini kita melihat hamparan lautan batu di bawah. Saya sungguh terkagum akan keajaiban dunia dan alami yang begitu indah."
Hutan Batu Besar terdiri dari puncak-puncak batu yang rapat, wisatawan dapat berjalan di celah-celah puncak batu itu. Bentuk batu-batu itu sangat beragam dan aneh, ada yang menyerupai benda, ada pula yang mirip orang. Puncak batu yang diberi nama "Ibu dan Anak" tampak seperti seorang ibu sedang menggandeng anaknya berjalan-jalan; "Gajah di Pelataran Batu" mirip seekor gajah berdiri di atas bukit batu. Ada hampir seratus bukit-bukit batu yang diberi nama seperti itu sesuai bentuknya. Batu di sini bukan saja aneh bentuknya, ada pula yang bila ditabuh bisa mengeluarkan bunyi yang indah. Bi Yunhua mengatakan,"Batu ini kalau ditabuh bisa mengeluarkan bunyi seperti lonceng, maka dinamakan 'Batu Lonceng'".
Dibanding dengan Hutan Batu Besar, Hutan Batu Kecil tampak lebih polos, obyek wisata yang paling terkenal di Hutan Batu Kecil adalah Ashima karena di sini ada sebuah batu tinggi yang bentuknya mirip gadis cantik dalam dongeng etnis Yi bernama Ashima: bagian kepalanya mengenakan kerudung, mendukung sebuah keranjang, berdiri anggun mendongak melihat jauh ke depan. Kini, daerah pemandangan Hutan Batu Kecil dihias dengan lampu-lampu. Di waktu malam, dengan sorotan sinar lampu-lampu itu, wisatawan dapat melihat berbagai macam batu yang aneh-aneh bentuknya.
Di ujung utara daerah pemandangan Hutan Batu ada sebuah hutan batu yang dinamakan Naigu yang berarti "tua dan hitam" dalam bahasa Sani etnis Yi. Batu-batu di sini tinggi besar dan rapat, dari jauh tampak seperti benteng-benteng batu yang megah. Bila kita naik ke atas bukit-bukit batu itu, akan tampak lautan batu warna hitam yang luas terhampar di bawah. Di bawah hutan batu itu terdapat pula dunia goa yang unik pemandangannya sehingga membentuk lanskap karst tiga dimensi. Wisatawan dari Australia Briana Lopez berdecak kagum menyaksikan pemandangan di sana. Ia mengatakan, "Sungguh mengagumkan, bentuk batu-batu itu sangat indah".
Batu-batu di Hutan Batu ini bisa berubah warna sesuai dengan perubahan cuaca. Ketika hujan, Hutan Batu yang berwarna abu-abu segera berubah menjadi hitam kelam. Bila hujan reda dan udara cerah, warna batu-batu itu langsung berubah menjadi loreng-loreng, kemudian kembali menjadi abu-abu muda. Seorang pakar, Profesor Liang Yongning mengatakan,"Semua bentuk hutan batu di dunia bisa ditemukan di sini. Hutan Batu Besar terutama berbentuk pedang, sedang di tempat lain kita bisa melihat yang berbentuk pagoda atau jamur, ada yang berwarna hitam, kuning dan lain-lain. Seorang pakar asing mengatakan, di sini sebentar terasa seperti berada di Kuba, dan sebentar lagi seperti di Spanyol, seolah hutan batu di dunia dipamerkan di sini. Hutan Batu di sini adalah museum topografi hutan batu yang sangat berharga."
Pesona hutan batu seperti teka-teki yang sulit diutarakan dengan bahasa. Sebuah puncak batu yang sama memberikan gambaran dan kesan yang berbeda pada musim dan cuaca yang berbeda, bahkan pada waktu-waktu berlainan di satu hari.
Sumber : Sumber : http://indonesian.cri.cn/1/2007/09/12/1@71235.htm
Kamis, 15 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar